Orang diperintahkan berpuasa itu mungkin biar jasmani atau fisiknya menjadi lemah, mungkin lho..... Harapannya dengan menjadi lemah secara fisik ada peluang ruhaninya menguat. Menurut teorinya guru matematika satu pasang sudut yang berkomplemen,jika yang satu besar maka yang lain menjadi kecil. Katanya guru fisika, dua faktor yang berbanding terbalik, jika yang satu nilainya besar yang lainnya kecil. Faktor yang satu menguat yang lain melemah. Nah, mungkin antara jasmani dan ruhani demikian juga, mungkin lho.....
Ketika badan kita sedang kuat secara fisik, maka aktivitas yang kita lakukan sangat banyak. Manusia cenderung mau melakukan beraneka kegiatan baik utuk kepentingan diri sendiri maupun kepentingan masyarakat banyak. terlebih di kota besar seperti Surabaya dan sekitarnya, sampai malampun orang belum berhenti bekerja. Selesai pekerjaan rutin di kantor, mengambil job lain di luar kantor - istilahnya cari 'ceperan' - belum lagi aktivitas di organisasi, di partai, atau job makelaran yang semakin ramai. Bisa dibilang dengan tenaga dan jasmani yang kuat manusia menjadi tak terhentikan untuk terus bergerak dan beraktivitas. Sementara ruhaninya bagaimana?. Paling hanya sebatas ritual membebaskan diri dari kewajiban, sedangkan substansi pokok ibadah yaitu bertemu atau berdialog dengan Tuhannya sama sekali tidak terjadi.
Memang tidak mustahil, manusia mampu menyeimbangkan jasmani dan ruhaninya, tetapi rasanya sulit untuk memaksimalkan - mungkin lho. Oleh karena itu ibadah puasa menjadi sebuah keniscayaan, berpuasa menjadi sangat penting artinya bagi orang beriman, bagi orang yang benar-benar ingin dekat dengan yang Maha Kuasa. Dengan melemahnya jasmani diharapkan ruhaninya menjadi kuat, menjadi peka terhadap persoalan spiritual, kecerdasan spiritualnya meningkat. Dengan kondisi yang lemah, ambisi seseorang berkurang, keinginan2 menurun, mau kemana-mana 'malas' akhirnya memilih diam saja, atau tidur, atau berdzikir - mungkin - atau memilih tadarus, pokoknya menjadi ingat yang urusan spiritual, mungkin lho... .
Ketika jasmaninya melemah, ruhaninya menguat. Seperti sebuah gelas yang terisi air, jika airnya banyak sementara ruang kosong di dalam gelas sedikit maka bunyinya tidak bisa nyaring. Sebaliknya jika airnya dikurangi untuk memperbanyak ruang (udara) kosong, maka bunyi yang dihasilkan nyaring. Kata gurunya fisikanya Darul Setiawan, waktu membahas resonansi, semkian besar ruang udara maka frekuensi bunyi yang dihasilkan semakin tinggi. Jika air diibaratkan sebagai jasmaninya dan ruang udara sebagai ruhaninya, maka ketika gelas airnya penuh ruhani seseorang tidak berbunyi, tidak peka. Sebaliknya ketika air di dalam gelas dikurangi, maknanya sama dengan ketika perut lapar, badan lemah, maka bunyi gelas menjadi nyaring, ruhani seseorang menjadi peka, spiritualitasnya meningkat. Mungkin lho...
Oleh karena itu - mungkin - orang berpuasa didorong untuk dapat mendengarkan suara-suara hati yang dapat membangkitkan nilai2 spiritual yang hanya bisa didengar pada frekuensi tertentu, yaitu ketika perut sedang kosong. Agar terjadi resonansi antara getaran hati seseorang dengan gelombang vibrasi yang bersumber dari arsy, tempat dimana semua energi vibrasi berasal.....Mungkin lho.